Thursday, April 26, 2007

Kucing

it looks a lot like me...wonder whether doppelganger can be in the form of other creatures? Honestly.


Kucing



Saskia tidak ingat sejak kapan ia dan kucing begitu akrab. Tidak hanya menjadi penghias meja belajarnya, tetapi juga menjadi logo di tasnya, hiasan di bajunya, dan bahkan ia pun jadi suka membelai-belai kucing!
Entah mengapa….Mungkin sejak ia membaca bahwa kucing memiliki sembilan nyawa. Atau mungkin karena ia melihat seekor kucing kecil dengan mata seindah manikam. Mungkin ia telah jatuh cinta pada kucing.


Dan Saskia benar-benar tergila-gila. Bukan hanya membelai kucing yang ditemuinya di jalan, tetapi ia juga mulai membawa kucing-kucing itu di rumah. Dan mereka menjadi temannya yang setia. Tak peduli berapa potong ikan asin terbuang dari meja makan keluarga mereka. Tak peduli ikan asin itu hilang dicuri, atau memang sengaja dihibahkan dalam piring kecil beserta segelas susu. Saskia kini tak pernah peduli lagi.


Saskia yang dulu amat gemar berdandan. Pitanya berserakan, jepitan rambutnya tak terbilang. Sisir teselip rapi di saku tasnya.Begitu juga dengan lipgloss, lipbalm, lipstik, segala macam kosmetik, sebut saja, Saskia memilikinya! Tapi sekarang? Saskia tak punya waktu bahkan untuk menyisir rambutnya. Yang dahulu benar-benar seperti mahkota yang berbicara, menjadi bagian terindah dari dirinya. Saskia tak peduli.


Saskia percaya kini, bahwa wanita yang belum menikah akan membutuhkan kucing hingga ajal menemuinya. Siapa yang tidak? Bahkan tukang sayur pun akan membutuhkan seekor kucing! Kini Saskia sudah tidak lagi mengoleksi. Ia terobsesi. Kucing belang hitam putih, kucing tiga warna, bahkan kucing hitam pekat yang dianggap sebagai pembawa sial!


Saskia kini nyaris tak pernah makan, kecuali sesuap dua suap roti yang disodorkan mama, yang telah begitu khawatir akan keadaan Saskia. Saskia yang mengurus, kali ini bukan karena berdiet mempertahankan berat badan, tapi karena terang-terangan menolak makan dan mengurangi jatah makan agar kucing-kucingnya tetap terurus. Kini bukan lagi pil-pil pengurus dengan berjuta janji dan model-model bertubuh langsing yang tak pernah mencoba produk itu sendiri. Kini yang ada hanya Saskia, yang semakin lama semakin kurus.


Kucing-kucing itu seperti tak peduli pada majikannya. Mereka mengeong kapan saja, mencakar apa saja, dan kini telah berubah dari makhluk-makhluk kecil menjadi monster penghancur yang menerkam apa saja di depan mereka. Tirai berhamburan, isi bantal pun entah dimana. Semua kesal, semua bingung, Saskia hanya tersenyum. Hanya tersenyum.


Saskia percaya dulu dirinya adalah seekor kucing, mungkin di kehidupannya yang lalu. Yang sibuk memandikan dirinya sendiri dengan lidahnya, dan kadangkala berkaca di kebeningan air. Ah, betapa Saskia berharap dirinya akan terlahir kembali sebagai seekor kucing nantinya! Yang cantik, dengan bulu bersih bersinar, melenggok penuh percaya diri. Yang hanya mengeong dan sepiring susu dan makanan telah tersaji di hadapan! Saskia sungguh berharap dirinya dapat menjadi seekor kucing.


Saskia pun berlatihlah. Ia kini tak lagi makan dengan tangannya, duduk rapat di atas meja dengan kesopanan yang dibuat-buat. Saskia yang sekarang adalah Saskia yang makan dengan keempat anggota geraknya menjejak tanah, menjilati susu dari mangkuk kecil, dan menyelesaikan makanannya dengan wajah belepotan dan kepuasan.


Saskia juga belajar mengeong. Tak ada lagi lengkingan yang dulu ia pelajari dari sekolah bermusik. Tak terpakai lagi piano yang dibeli dahulu sebagai penghias ruang tamu, karena tak ada yang sanggup. Saskia ia bicara dari hati nuraninya, dan ia mengeong, mengeong dan mengeong. Sepanjang malam, tak ada yang bisa menghentikan Saskia.


Dan peristiwa itu pun terjadilah. Makhluk bernama manusia mulai merasa cemas akan keadaan Saskia, yang telah menipu segenap inderanya hanya untuk menyerupai sesosok makhluk hidup lain bernama kucing. Saskia menemukan dirinya telah terpinggirkan, di sebuah tempat dimana hanya ia dan kucing-kucingnya tinggal. Tapi Saskia bahagia. Begitu bahagianya sehingga ingatan masa lalunya telah terhapus. Kini hanya tinggal Saskia dan kucing-kucingnya. Saskia dan kucing-kucingnya.


Hari itu kehebohan terjadi. Mungkin telah ada pembunuhan sadis lagi, yang mana di ibukota ini nama korbannya akan terlupakan dari ingatan begitu halaman koran itu dibalik. Yang mana sejumput kejahatan adalah penghias sekaligus pemanis agar koran-koran itu laris terjual. Tapi kali ini berbeda. Beritanya adalah tentang seorang wanita yang telah ditemukan tewas, dikelilingi sepasukan kucing yang ribut mengeong. Nama wanita itu Saskia, yang sempat didengungkan beberapa hari di lidah orang-orang yang menyayangkan nasib yang telah menjemput salah satu dari mereka. Hanya mereka tidak tahu, bahwa Saskia tersenyum dalam tidur abadinya, tidur yang terjadi setelah ia mewujudkan mimpi reinkarnasinya. Saskia sunggub bahagia.

4 comments:

Anonymous said...

hiiyyyy,,,!!

ngeriii!!!

Adilla said...

Mission accomplished, then! :D. Thanks for reading this :).

ryy_ said...

awww gw jadi inget tiga kucing gw di rumah

kangen deh

Adilla said...

I suppose you do :)