Friday, May 11, 2007

Renungan Bunga Rumput





Kalau bunga rumput itu bisa bicara dia bakal cerita apa ya? Kadang terinjak, tapi lebih sering bergoyang tak tentu arah. Tapi bunga rumput tak perlu cemas akan sederetan huruf yang tertera di kertas. Toh cuma huruf! Tak seharusnya mempengaruhi nasib manusia. Tak seharusnya mempermalukan makhluk yang dianugerahi akal sekaligus nafsu untuk menjadi khalifah. Bukan begitu?

Apa sih makna pendidikan sebenarnya? Jadi pintar? Jadi sarjana? Menambahkan gelar di belakang nama? Atau yang lebih mulia mungkin, menimba ilmu? Makna pendidikan mungkin adalah menghayati hidup, supaya ketika kita berpaling ke belakang di satu titik dalam kehidupan kita, kita bisa tersenyum dan berkata dalam hati bahwa tak ada sedetik pun yang tersia-sia dalam masa yang terlewati. Bahwa kita telah berhasil menjadi manusia yang sanggup memanusiakan manusia lainnya.

Setiap dari kita berbeda. Tapi yang lebih sulit adalah menunjukkan perbedaan itu dan membuat orang lain mengerti dan menghargai bahwa kita memang berbeda, dan tidak ada alasan untuk memaksakan diri kita menjadi sama dengan orang lain. Kata Oscar Wilde, If I'm not worth more than the others, at least I'm different.

Yes, I'm different, and so are you!
Dan sekarang, bagaimana cara membuat perubahan positif dalam kehidupan orang lain dengan siapa kita berinteraksi? Seperti yang penulis sadari, kadangkala sulit untuk tidak menuntut perlakuan tertentu dari orang-orang yang kita anggap dekat. "Kenapa sih mereka begitu? Kenapa mereka memperlakukan saya begini, begitu, dan seterusnya?"

Setiap orang sesungguhnya memiliki sifat egois, hanya kadarnya yang berbeda-beda. It's a no free-lunch world after all. Apa yang ingin kita miliki harus didapatkan dengan usaha, it won't be handed over to us in a silver plate. Kita tidak bisa menuntut orang untuk mengingat dan memperhatikan kita ketika kita tidak ingat dan memperhatikan mereka. Kita tak mungkin meminta lebih dari orang lain ketika kita hampir tak pernah memberi. Ada hak-hak orang lain yang seringkali kita lupakan saat kita menuntut terlalu banyak. Ada senyum dan sapa yang lupa diberikan ketika kita terlalu terfokus pada diri sendiri.

Maka hidup adalah proses pembelajaran. Proses mengajar dan belajar, memberi dan diberi. Sebuah siklus tanpa ujung yang intinya sama, menjadi manusia yang sanggup bertingkah laku selayaknya manusia dan memanusiakan yang lainnya. Ini bukan sekedar cinta, ini adalah emosi yang sanggup menyebabkan gurun tandus menumbuhkan pepohonan di oasisnya, sebuah ungkapan yang menyebabkan biola yang tak berdawai mampu bernyanyi dengan caranya sendiri. Semoga.

Hanya sebuah catatan kecil, rambling dari otak yang mulai lelah. Mohon dimaklumi jika terkesan meloncat. Kadang tangan dan benak ini tak sanggup bersahabat. :)



No comments: