Wednesday, August 15, 2007

Topeng




with a lock in my heart,

I put on a mask in a cold consciousness

aside from you, who knows my true face?

(Masquerade-Hitomi)

Ada sebuah cerita yang menarik dalam salah satu novel yang pernah saya baca. Dalam buku itu ada dua orang perempuan yang bersahabat, dan salah satunya menanyakan kenapa temannya yang lain sering terlihat memasang 'wajah' yang berbeda setiap menghadapi orang yang berbeda-beda pula.

Sang teman ini menjawab, bahwa setiap orang berhak untuk diperlakukan secara berbeda-beda, sesuai dengan kepribadian mereka. Si penanya bertambah penasaran, karena ia secara pribadi berpendapat bahwa hal seperti itu merepotkan. Gue ya gue, mau orang lain terima atau nggak itu masalah mereka, begitu kira-kira ia berpendapat.

Sang teman kembali menjawab, bahwa dengan memperlakukan setiap orang sebagaimana mereka ingin diperlakukan, kita akan terlatih menjadi subyek, dan bukan hanya sekedar obyek. Lalu apa yang salah dengan menjadi obyek? Kembali terlontar jawaban yang bijak: bahwa hanya orang yang bersedia menjadi subyeklah yang bisa menjadi pahlawan dalam arti yang sesungguhnya.

Tak bisa dipungkiri bahwa seumur hidupnya manusia memakai topeng. Bedanya hanyalah, ada topeng elastis yang dengan lenturnya berubah-ubah sesuai dengan situasi dan kondisi, topeng yang lahir dari hati yang tulus dan pikiran yang jernih, dan topeng kaca yang mudah pecah, yang harus diganti setiap kali ia menjadi properti sebuah peran.

Ada sebuah fragmen yang indah tentang 'topeng' ini dari kehidupan Rasulullah SAW sendiri. Diceritakan bahwa Rasulullah SAW memperlakukan sahabat-sahabatnya, para khalifah sesuai dengan kepribadian masing-masing.

Dengan Abu Bakar As-Shiddiq, beliau tak segan-segan bermanja dan memperlakukan beliau seperti kakaknya. Terhadap Umar bin Khattab yang tegas, Rasulullah juga bersikap tak kalah tegasnya. Ketika menghadapi Utsman bin Affan yang pemalu, Rasulullah selalu berpakaian rapi.

Mungkin sudah saatnya kita melatih diri kita, memasang 'topeng elastis' yang senantiasa digerakkan oleh hati, sehingga topeng-topeng kaca yang dulu sempat terpasang tak diperlukan lagi. Insya Allah :).

4 comments:

Unknown said...

iyah... bagus postingan nya.. =)

Adilla said...

Makasih, Nyo :)

anugerah perdana said...

shocking!
jadi nyadar kalo PeDe itu suka nyerempet ke egoisme

Adilla said...

Iya yah Kang? Ada kaitannya sama postingan yang ini? :). Saya sendiri juga suka ngerasa susah ngebedainnya :D